Selasa, 10 Juni 2025

Lebaran di Kampung Halaman, Antara Rindu dan Riuhnya Jalanan

 

 

Perjalanan Padang-Medan (Minggu/23-03-2025)

 

SIANTAR, SUMATERA UTARA – Suasana Jalan Lintas Sumatera terlihat lancar pada pagi hari pada saat arus mudik lebaran. Bagi Aurel (19), mahasiswa semester empat yang tengah menempuh pendidikan di Padang, Sumatera Barat, momen mudik lebaran tahun ini adalah sebuah masa di tengah penatnya perkuliahan. Perjalanan pulang kampung dari Padang menuju Siantar, yang dilaluinya pada 23 Maret 2025 menyimpan cerita suka duka, kerinduan yang terobati, dan tantangan khas mudik yaitu kemacetan.

"Udah ga sabar mau ketemu keluarga," ujar Aurel melalui sambungan telepon beberapa hari sebelum keberangkatannya. Nada bicaranya penuh semangat, merasakan kerinduan mendalam pada abah, mama, kakak dan adiknya yang telah beberapa bulan tidak ia jumpai. "Lebaran di kampung itu beda suasananya. Ada kehangatan yang ga bisa ditemukan di mana pun. Mulai dari sungkeman, makan bersama, itu yang selalu saya rindukan." Ajakan untuk kembali ke pelukan keluarga, merasakan tradisi Lebaran yang kental, memang menjadi magnet kuat bagi para perantau seperti Aurel.

Tibalah hari yang dinanti. Suara riuh anggota keluarga di hari kemenangan. Peluk cium hangat menjadi penawar rindu yang selama ini membekas. Hari-hari Lebaran diisi dengan berbagai tradisi yang selalu membuatnya terkesan. "Yang paling saya suka itu shalat Ied berjamaah di lapangan dekat rumah. Melihat begitu banyak orang berkumpul, bersilaturahmi, rasanya damai sekali," ungkap Aurel.

 

Lontong Medan- Hidangan Wajib Ketika Lebaran

 

Tak ketinggalan, hidangan makanan khas Lebaran menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu. "Rendang buatan mama itu nomor satu! Tidak ada yang bisa mengalahkan rasanya," katanya sambil tertawa. Selain rendang, lontong sayur, dan berbagai kue kering khas Lebaran adapun cheesecake dan bika ambon favorit turut memanjakan lidahnya. Momen makan bersama keluarga menjadi ajang bertukar cerita dan mempererat tali persaudaraan. "Saat kumpul begini, semua masalah rasanya hilang. Hanya ada kebahagiaan dan kebersamaan," ungkapnya.

Namun, perjalanan mudik Aurel tidak sepenuhnya mulus. Terutama pada tanggal 3 April 2025, arus mudik Siantar menuju Medan setelah beberapa hari merayakan Lebaran di kampung halaman menghadapi kemacetan parah. "Dari siang sampai malam, jalanan penuh sesak. Mobil dan motor seperti tidak bergerak," keluhnya.

Kemacetan di Jalan Lintas Sumatera

 

Kisah serupa dialami oleh ribuan pemudik lainnya. Jalan lintas Sumatera, yang menjadi urat nadi transportasi darat, dipenuhi kendaraan kembali ke kampung halaman. "Tapi ya, namanya juga lebaran. Sudah biasa dengan kondisi seperti ini," ujarnya dengan nada pasrah namun tetap optimis.

Di tengah kemacetan yang melelahkan, ada juga kisah-kisah kecil yang menyentuh hati. Terlihat bagaimana para pemudik saling berbagi makanan dan minuman."Ada bapak-bapak yang membagikan air minum gratis. Ada juga yang saling membantu mendorong motor yang mogok,"umgkap Aurel. Momen-momen itu menunjukkan bahwa di tengah kesulitan, rasa solidaritas dan kepedulian antar sesama tetap terjaga.

Ada pedagang asongan yang memanfaatkan momen kemacetan untuk mencari rezeki. Mereka menjual berbagai macam makanan dan minuman kepada para pemudik yang kelelahan. "Saya salut sama semangat mereka. Meski kondisi macet, mereka tetap berusaha," kata Aurel. Interaksi antara pemudik dan pedagang ini menciptakan pemandangan unik dan menjadi bagian tak terpisahkan dari cerita mudik Lebaran.

Posko Polisi, Lapangan Merdeka Kota Medan

 

Adapun pihak kepolisian yang membuat posko di persimpangan jalan untuk melakukan berbagai rekayasa lalu lintas untuk mengurai kemacetan, seperti sistem buka tutup jalan dan pengalihan arus. Namun, tingkat kendaraan yang sangat tinggi membuat upaya tersebut tidak selalu efektif.

Namun bagi saya Lebaran bukan hanya tentang perjalanan dari perantauan menuju kampung halaman. Tapi lebih dari itu, Lebaran adalah tentang perjalanan hati dimana kita bisa kumpul kembali dengan keluarga, dan merasakan hangatnya tradisi. Meskipun diwarnai dengan kemacetan dan kelelahan, momen Lebaran di kampung halaman tetap menjadi kenangan indah yang akan selalu dirindukan. Aroma rendang mama, senyum keluarga, dan riuhnya jalanan saat mudik, semuanya akan menjadi bagian dari cerita yang akan ia bawa kembali ke perantauan, hingga Lebaran berikutnya tiba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ASAL-USUL TOBA: DARI DENTUMAN PURBA KE PERADABAN BATAK

Danau Toba/ Okelihat.com SUMATERA UTARA – Di tengah bentangan hijau Sumatera Utara, terhampar Danau Toba, sebuah mahakarya alam yang s...