Perjalanan
Padang-Medan (Minggu/23-03-2025)
SIANTAR,
SUMATERA UTARA – Suasana Jalan Lintas Sumatera terlihat lancar pada pagi hari
pada saat arus mudik lebaran. Bagi Aurel (19), mahasiswa semester empat yang
tengah menempuh pendidikan di Padang, Sumatera Barat, momen mudik lebaran tahun
ini adalah sebuah masa di tengah penatnya perkuliahan. Perjalanan pulang
kampung dari Padang menuju Siantar, yang dilaluinya pada 23 Maret 2025
menyimpan cerita suka duka, kerinduan yang terobati, dan tantangan khas mudik
yaitu kemacetan.
"Udah
ga sabar mau ketemu keluarga," ujar Aurel melalui sambungan telepon
beberapa hari sebelum keberangkatannya. Nada bicaranya penuh semangat,
merasakan kerinduan mendalam pada abah, mama, kakak dan adiknya yang telah
beberapa bulan tidak ia jumpai. "Lebaran di kampung itu beda suasananya.
Ada kehangatan yang ga bisa ditemukan di mana pun. Mulai dari sungkeman, makan
bersama, itu yang selalu saya rindukan." Ajakan untuk kembali ke pelukan
keluarga, merasakan tradisi Lebaran yang kental, memang menjadi magnet kuat
bagi para perantau seperti Aurel.
Tibalah
hari yang dinanti. Suara riuh anggota keluarga di hari kemenangan. Peluk cium
hangat menjadi penawar rindu yang selama ini membekas. Hari-hari Lebaran diisi
dengan berbagai tradisi yang selalu membuatnya terkesan. "Yang paling saya
suka itu shalat Ied berjamaah di lapangan dekat rumah. Melihat begitu banyak
orang berkumpul, bersilaturahmi, rasanya damai sekali," ungkap Aurel.
Lontong Medan- Hidangan Wajib Ketika Lebaran
Tak
ketinggalan, hidangan makanan khas Lebaran menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu.
"Rendang buatan mama itu nomor satu! Tidak ada yang bisa mengalahkan
rasanya," katanya sambil tertawa. Selain rendang, lontong sayur, dan
berbagai kue kering khas Lebaran adapun cheesecake dan bika ambon favorit turut
memanjakan lidahnya. Momen makan bersama keluarga menjadi ajang bertukar cerita
dan mempererat tali persaudaraan. "Saat kumpul begini, semua masalah
rasanya hilang. Hanya ada kebahagiaan dan kebersamaan," ungkapnya.
Namun,
perjalanan mudik Aurel tidak sepenuhnya mulus. Terutama pada tanggal 3 April
2025, arus mudik Siantar menuju Medan setelah beberapa hari merayakan Lebaran
di kampung halaman menghadapi kemacetan parah. "Dari siang sampai malam,
jalanan penuh sesak. Mobil dan motor seperti tidak bergerak," keluhnya.
Kemacetan di Jalan Lintas Sumatera
Kisah
serupa dialami oleh ribuan pemudik lainnya. Jalan lintas Sumatera, yang menjadi
urat nadi transportasi darat, dipenuhi kendaraan kembali ke kampung halaman.
"Tapi ya, namanya juga lebaran. Sudah biasa dengan kondisi seperti
ini," ujarnya dengan nada pasrah namun tetap optimis.
Di
tengah kemacetan yang melelahkan, ada juga kisah-kisah kecil yang menyentuh
hati. Terlihat bagaimana para pemudik saling berbagi makanan dan
minuman."Ada bapak-bapak yang membagikan air minum gratis. Ada juga yang
saling membantu mendorong motor yang mogok,"umgkap Aurel. Momen-momen itu
menunjukkan bahwa di tengah kesulitan, rasa solidaritas dan kepedulian antar
sesama tetap terjaga.
Ada
pedagang asongan yang memanfaatkan momen kemacetan untuk mencari rezeki. Mereka
menjual berbagai macam makanan dan minuman kepada para pemudik yang kelelahan.
"Saya salut sama semangat mereka. Meski kondisi macet, mereka tetap
berusaha," kata Aurel. Interaksi antara pemudik dan pedagang ini
menciptakan pemandangan unik dan menjadi bagian tak terpisahkan dari cerita
mudik Lebaran.
Posko Polisi, Lapangan Merdeka Kota
Medan
Adapun
pihak kepolisian yang membuat posko di persimpangan jalan untuk melakukan
berbagai rekayasa lalu lintas untuk mengurai kemacetan, seperti sistem buka
tutup jalan dan pengalihan arus. Namun, tingkat kendaraan yang sangat tinggi
membuat upaya tersebut tidak selalu efektif.
Namun
bagi saya Lebaran bukan hanya tentang perjalanan dari perantauan menuju kampung
halaman. Tapi lebih dari itu, Lebaran adalah tentang perjalanan hati dimana
kita bisa kumpul kembali dengan keluarga, dan merasakan hangatnya tradisi.
Meskipun diwarnai dengan kemacetan dan kelelahan, momen Lebaran di kampung
halaman tetap menjadi kenangan indah yang akan selalu dirindukan. Aroma rendang
mama, senyum keluarga, dan riuhnya jalanan saat mudik, semuanya akan menjadi
bagian dari cerita yang akan ia bawa kembali ke perantauan, hingga Lebaran
berikutnya tiba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar